
SEORANG pejabat Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) mengatakan kepada Al Jazeera bahwa sekitar 200 tentara AS saat ini sedang menuju Israel untuk membantu menegakkan perjanjian tersebut.
Inilah jaminan keamanan penting yang diyakini menjadi alasan Hamas akhirnya menyetujui kesepakatan gencatan senjata terbaru.
Pasukan ini akan menjadi bagian dari satuan tugas gabungan yang dibentuk khusus untuk memantau implementasi gencatan senjata. Menurut pejabat tersebut, pasukan AS tidak akan masuk ke wilayah Gaza.
Sebagai gantinya, personel dari negara lain, termasuk Qatar, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Turki akan disisipkan di antara pasukan Amerika. Kelompok pasukan dari negara-negara ini yang nantinya memiliki mandat untuk memasuki Gaza.
Pusat Kendali Gabungan Awasi Implementasi Gencatan
Sumber di Pentagon menjelaskan bahwa pembentukan pusat kendali keamanan gabungan ini telah direncanakan oleh militer AS selama berbulan-bulan. Tujuannya adalah untuk memastikan pelaksanaan gencatan senjata berjalan sesuai kesepakatan.
Seorang pejabat senior pemerintahan AS menyampaikan kepada wartawan bahwa pihaknya sangat senang akhirnya dapat menerapkan hal ini, namun tetap menekankan pentingnya kewaspadaan.
Dia memperingatkan bahwa meski situasi menunjukkan kemajuan positif, masa ini masih sangat sensitif dan banyak hal bisa berjalan tidak sesuai rencana.
Utusan Khusus AS Puji Netanyahu atas Keputusan Sulit di Gaza
Sementara itu, Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff memberikan apresiasi terhadap kepemimpinan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam menghadapi perang di Gaza.
Dalam pertemuan kabinet di Yerusalem, Witkoff mengatakan Netanyahu memiliki tugas untuk membuat pilihan yang sulit.
Menurut laporan The Times of Israel, Witkoff menyebut bahwa Presiden Donald Trump menilai Netanyahu telah membuat beberapa keputusan yang sangat sulit dan orang-orang yang kurang berpengalaman mungkin tidak akan mampu mengambil keputusan tersebut.
Berbicara bersama Netanyahu, Witkoff juga menambahkan bahwa ada saat-saat ketika ia merasa Israel bisa lebih fleksibel dalam mengambil langkah. "Ketika saya melihat ke belakang, saya rasa kita tidak akan sampai pada titik ini tanpa Perdana Menteri Netanyahu," sebutnya.
Langkah pengiriman pasukan pengawas dan pembentukan satuan tugas multinasional ini menjadi sinyal kuat bahwa Washington ingin memastikan perdamaian di Gaza benar-benar terlaksana setelah dua tahun perang yang menimbulkan kehancuran besar dan korban jiwa yang masif. (I-3)