Dokter Tan Ajak Para Orang Tua Mengenal MPASI Sesuai Tahap Perkembangan Anak

1 month ago 18
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) adalah salah satu momen krusial dalam tumbuh kembang anak. Sayangnya, banyak orang tua masih merasa gamang, bahkan frustrasi, saat anak menolak makan. Menjawab kegelisahan itu, Sanggar ASI berkolaborasi dengan RS AMC Muhammadiyah Yogyakarta menggelar seminar bertajuk 'Anak Menolak Makan? Belum Tentu Salah Makanannya', Sabtu (28/6/2025).

Seminar ini dihadiri oleh 85 peserta dari berbagai latar belakang, orang tua, tenaga kesehatan, hingga pegiat tumbuh kembang anak. Yang istimewa, acara ini menghadirkan langsung dr Tan Shot Yen, seorang dokter dan ahli gizi masyarakat yang dikenal vokal dalam edukasi nutrisi dan pola makan sehat keluarga.

Saat dijumpai, CEO Sanggar ASI, Raisika Riyanto, menekankan bahwa keberhasilan MPASI bukan hanya tentang anak mau makan, tapi juga tentang mencegah masalah serius jangka panjang seperti stunting.  

MPASI adalah salah satu pilar dalam empat NIB (Nutrisi, Imunisasi, dan Berkelanjutan), yaitu ASI eksklusif selama enam bulan, MPASI yang benar, dan ASI dilanjutkan hingga usia 2 tahun atau lebih. Semua ini merupakan bagian dari standar emas gizi baik yang harus diperjuangkan, terutama dalam mencegah masalah gizi kronis seperti stunting.

Ia mengatakan acara ini menjadi ruang edukasi ilmiah yang penting, dihadiri lebih dari 80 peserta dari wilayah DIY, meliputi orang tua, kader posyandu, tenaga kesehatan, dan pegiat tumbuh kembang anak.

"Kami percaya bahwa setiap anak berhak tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih dan pengertian, termasuk saat makan. Tantangan makan bukan sekadar soal nutrisi, tapi soal hubungan dan komunikasi. Seminar ini kami hadirkan agar para orang tua merasa tidak sendirian dan mendapat bekal ilmu yang ilmiah sekaligus membumi,” ungkap Raisika, Sabtu.

Raisika menyebut fase MPASI itu pada usia 6 hingga 12 bulan. Ia tak menepis bahwa ini merupakan titik krusial yang masih sering diabaikan. Jika pemberian MPASI dilakukan dengan cara yang salah, lalu terus berlanjut ke makanan keluarga yang juga salah pola maupun gizinya, maka gangguan gizi kronis bisa terjadi. Inilah yang menjadi akar dari stunting. Periode 1000 hari pertama kehidupan adalah waktu emas yang harus dijaga dengan edukasi, kesadaran, dan praktik pemberian makan yang benar.

"Jadi fase MPASI ini dibilang terpenting juga untuk mencegah stunting. Ini harus diperhatikan. Kita tidak berharap misalnya dari orang lain untuk memberi izin kepada kita, tetapi di rumah dong. Gizi dimulai di rumah," ucapnya.

Selain MPASI, Raisika juga menyoroti pentingnya kembali memahami ASI sebagai standar emas, dan menanggapi kekhawatiran umum para ibu yang merasa produksinya kurang. Ia menyebut bahwa ASI bukan hanya cairan, tetapi ada kandungan sel hidup yang tidak bisa digantikan oleh apapun. Sehingga melalui seminar ini  harapannya bukan hanya ruang diskusi, tetapi titik awal gerakan perubahan pola pikir soal gizi anak. Sanggar ASI, melalui edukasi seperti ini, menekankan bahwa gizi bukan hanya angka dan resep, melainkan tentang kesadaran kolektif keluarga untuk memberikan yang terbaik bagi anak sejak awal kehidupannya.

"Kami juga ingin mengedukasi ibu sejak hamil kalau ingin sukses menyusui, tidak usah menyediakan dot di rumah. Kami ingin mengembalikan kalau menyusui ya sudah langsung menyusui, karena hakikinya perbedaan mendasar kenapa ASI disebut gold standard adalah karena sel hidup yang ada di ASI. Kalau dikeluarkan, kualitasnya berkurang," ujarnya.

Dalam paparannya, dr Tan menekankan bahwa MPASI yang benar mencakup tiga pilar utama yaitu kualitas makanan, kesiapan anak, dan cara pemberian makan. Namun, kegelisahan umum para orang tua sering kali terfokus pada resep atau variasi menu, bukan pada fondasi yang lebih penting.

"Anak susah makan itu adalah tantangan di usia pertumbuhan. Kita tahu bahwa bangsa Indonesia ini punya challenge yang namanya stunting. Banyak orang yang mengatakan stunting itu pendek, ada juga mengatakan stunting itu gagal tumbuh. Di luar sana banyak sekali yang teriak saya gagal jadi orang tua. Enggak ada yang namanya gagal tumbuh," kata dr Tan.

"Nggak usah neko neko, nggak usah scroll scroll akunnya Aurel Hermansyah, Nikita Willy, wis toh. Kalau nggak bisa mengikuti (cara MPASI mereka) secara totalitas tidak usah aneh-aneh," ucapnya menambahkan.

Di tengah kekhawatiran umum akan anak yang susah makan itu, dr Tan mengajak peserta untuk melihat akar masalahnya secara lebih bijak dan menyeluruh. Ia membongkar mitos lain yang kerap membuat orang tua stres bahwa MPASI adalah soal menu apa yang harus dimasak. Menurutnya, fase MPASI adalah fase penting untuk membangun relasi anak dengan makanan, bukan sekadar memasukkan kalori ke dalam tubuh kecilnya.

"MPASI bukan hanya soal tekstur dan gizi, tetapi juga tentang relasi anak dengan makanan. Ketika anak menolak makan, jangan buru-buru menyalahkan makanannya. Bisa jadi, yang perlu diperbaiki adalah cara kita mengajak makan," ucapnya menambahkan.

Ia juga mencontohkan salah satu kekeliruan umum dalam memberi makan pertama kali pada anak adalah terlalu cepat menggunakan sendok. Ini, menurut dr. Tan, bisa memicu reaksi seperti melepeh, yang sering dianggap anak tidak suka makanannya.

"Bukan dilepeh, itu refleks menyusu yang masih tertinggal pada anak yang baru mau belajar makan. Makanya tak kandani (saya beri tahu-Red) kalau baru memulai memberikan MPASI nggak usah pakai sendok. Mulai memberikan makan dengan dicolek pakai jari. Karena jari ibu ini tidak akan menyendok sebanyak pakai sendok," ungkapnya.

Lebih lanjut, ia berharap seminar ini bisa mengubah cara pandang peserta dalam melihat proses makan anak. Bagi dia, MPASI bukan sekadar tentang menu kekinian, bukan soal makanan mahal, tetapi tentang kasih sayang, responsivitas, dan ketepatan ilmu.

"Setiap anak adalah titipan. Kalau kita memberi makan dengan cara yang benar, saat responsive feeding di mana orang tua memberikan makan sesuai respon lapar dan kenyang anak, tidak bikin trauma, tidak diahlikan dengan jurus tipu-tipu. Tidak diahlikan dengan tontonan, tidak diintervensi keluarga besar (kakek, nenek, ipar) dan tetangga yang memberikan makan atau ngemil, termasuk menggunakan cara menyuap yang sama, kadang anak lebih nyaman disuap dengan tangan," ucapnya.

Read Entire Article