WAKIL Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengungkap banyak pihak keluarga dari korban ambruknya pondok pesantren atau Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Jawa Timur, mempertanyakan jenazah kerabat mereka. Kondisi ini karena begitu banyaknya para korban yang belum berhasil dievakuasi akibat terhimpit oleh material bangunan dalam insiden tersebut.
Emil Dardak menyatakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur sangat berduka atas peristiwa ini. Terlebih petugas evakuasi ada yang hanya menemukan potongan-potongan jasad dan belum teridentifikasi identitasnya. “Ada 58 orang tua yang mencari anaknya. Orang tua yang kami temui kemarin juga resah karena ketidakpastian jasad anak mereka,” kata Emil saat ditemui di Cikini Jakarta Pusat pada Senin, 6 Oktober 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Ia memastikan petugas gabungan bekerja ekstra untuk mengevakuasi para korban yang hingga kini masih terjebak dalam reruntuhan pesantren itu. Kata dia, proses evakuasi ini berlangsung dengan kehati-hatian untuk mengantisipasi agar jasad dari para korban tidak ikut terbawa oleh alat berat saat mengangkat material bangunan yang ambruk.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menyoroti standar konstruksi dari bangunan pondok pesantren tersebut. Agus menyebut sudah berkoordinasi dengan Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo ihwal peristiwa ini. “Saya rasa ini sesuatu yang sangat serius. Benar-benar harus kita sikapi ke depan agar tidak terjadi lagi,” kata Agus.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulan Bencana, per hari ini petugas telah mengevakuasi sebanyak 50 jenazah dan lima potongan tubuh di sekitar lokasi kejadian. Agus menyatakan, kondisi para korban sangat sulit untuk diselamatkan karena banyak yang terhimpit dan terjepit material bangunan.
Berkaca pada kejadian ini, AHY memerintahkan pemerintah daerah maupun kementerian terkait untuk mengecek bangunan-bangunan infrastruktur supaya insiden serupa tidak terjadi lagi. Pengecekan ini dimulai dari bangunan sekolah, rumah sakit, hingga fasilitas publik untuk benar-benar memiliki kekuatan pada bangunan fisiknya. “SOP itu ada, kita kawal ini sehingga tidak ada lagi kejadian yang memakan korban seperti itu,” ujarnya.
Setali tiga uang, Pakar konstruksi bangunan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Mudji Irmawan, menilai pembangunan pondok pesantren Al Khoziny tidak memperhatikan konsep konstruksi bangunan yang benar. Alasannya, pelaksanaan pembangunan tidak memperhatikan sambungan antara elemen struktur.
Menurut dia, sambungan antara elemen struktur, balok dengan balok, serta balok dengan kolom harus diperhatikan jika membangun bangunan lebih dari satu lantai agar konstruksi menjadi kokoh dan kompak. “Pembangunan Pondok Pesantren Al Khoziny tidak stabil karena kondisi sambungan antar-elemen struktur yang buruk. Sehingga jika ada tambahan beban pembangunan di lantai tiga dan empat dan goyangan dinamis, maka struktur bangunan akan kolaps,” ucap Mudji.
Dia juga menyoroti aktivitas salat asar berjamaah yang dilakukan ratusan santri di lantai satu, sementara ada kegiatan pengecoran di lantai empat. Kondisi ini menyebabkan beban bangunan semakin bertambah. “Selain itu, adanya getaran-getaran saat pekerjaan berlangsung menyebabkan konstruksi bangunan menjadi semakin tertekan dan pada akhirnya ambruk,” kata Mudji.
Mudji menambahkan, bangunan seluas 800 meter persegi itu tidak terpengaruh dengan rel kereta api yang berada di dekatnya. “Jarak antara rel dengan bangunan lumayan jauh (300 meter), jadi getaran rel kereta tidak terlalu berpengaruh,” ucap Mudji.
Hanaa Septiana berkontribusi dalam penulisan artikel ini.