London (ANTARA) - Kenaikan harga retail di Inggris mencapai rekor tertinggi pada Agustus 2025 sejak Maret 2024, didorong oleh kenaikan harga pangan meskipun para peretail berusaha membatasi kenaikan tersebut.
Data dari Konsorsium Retail Inggris (British Retail Consortium/BRC) yang dirilis pada Selasa (26/8) menunjukkan inflasi harga retail naik ke angka 0,9 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Agustus, naik dari 0,7 persen yang tercatat pada Juli 2025 dan di atas rata-rata tiga bulan sebesar 0,6 persen.
Selama Agustus tersebut, harga pangan naik 4,2 persen (yoy), sementara harga non-pangan turun 0,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Mike Watkins, kepala divisi retail dan wawasan bisnis di firma riset pemasaran global NielsenIQ, mengaitkan kenaikan harga tersebut dengan beberapa faktor, seperti biaya pasokan global, inflasi pangan musiman yang dipicu oleh kondisi cuaca, dan peningkatan biaya operasional dasar.

"Kenaikan harga terbaru itu telah menambah beban bagi keluarga yang sudah kesulitan menghadapi biaya hidup," kata Chief Executive BRC Helen Dickinson.
Peretail terus melakukan segala upaya untuk membatasi kenaikan harga bagi rumah tangga, namun seperti yang diakui oleh Bank of England, biaya tambahan sebesar 7 miliar poundsterling (1 poundsterling = Rp21.902) yang berasal dari Anggaran tahun lalu telah menciptakan tantangan yang berat bagi peretail, kata Dickinson.
Pekan lalu, lebih dari 60 direktur utama dari peretail terbesar di Inggris mengirim surat kepada menteri keuangan Inggris, meminta jaminan bahwa tidak akan ada kenaikan pajak tambahan yang dikenakan pada sektor retail untuk musim gugur ini.
Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.