
Abdi dalem Keraton Yogyakarta, Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Projo Suwasono, menyebut bahwa Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono X, belum pernah terlihat secara resmi mengikuti prosesi mubeng beteng tiap malam 1 Suro.
Prosesi ini merupakan tradisi mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta pada malam 1 Suro sebagai penanda pergantian tahun Jawa. Tahun ini, prosesi akan digelar Kamis (26/6) malam.
“Saya ikut Mubeng Beteng itu sudah berpuluh-puluh tahun. Berpuluh-puluh tahun belum pernah melihat Ngarso Dalem ikut,” kata KMT Projo Suwasono saat ditemui Pandangan Jogja, Senin (24/6).
Mubeng beteng tahun ini, Sultan pun tak terlihat dalam barisan. Meski begitu, ada salah satu menantunya, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Yudanegara, yang turut berjalan di barisan terdepan mendampingi cucuk lampah, KRT Candra Prawirayudha.

Meski begitu, ia mendengar kabar bahwa Sultan HB X mungkin pernah ikut, namun secara diam-diam. Cerita itu ia peroleh dari seseorang yang pernah menjadi sopir Sultan.
“Ngarsa Dalem mubeng beteng itu orang tidak pada tahu. Secara diam-diam. Kok tahu kalau diam-diam? Saya pernah diceritakan oleh sopirnya. Karena sopirnya itu pernah belajar macapat. Sehingga kenal dengan saya,” imbuhnya.
Projo menyatakan ketidakhadiran Sultan dalam prosesi itu adalah hal yang wajar karena Mubeng Beteng bukan bagian dari agenda resmi Keraton.
“Dan orang-orang mempunyai anggapan kalau Mubeng Beteng itu adalah hajatnya Keraton. Kalau di Kasultanan, bukan. Mubeng Beteng, tanggap warsa setiap tahun di Yogyakarta, itu bukan hajat dalem. Tetapi hajatnya kawulo dalem,” ujarnya.
Makna Mubeng Beteng

Dalam prosesi Mubeng Beteng, warga berjalan kaki mengelilingi benteng Keraton dalam suasana hening. Banyak yang menyebut ini sebagai topo bisu, namun Projo menjelaskan bahwa inti prosesi adalah memperbanyak doa.
“Sebetulnya bukan itu, tapi kita berjalan diharapkan banyak berdoa. Menurut keyakinan masing-masing. Doa untuk siapa? Untuk dirinya sendiri, nomor satu. Kemudian untuk orang lain, untuk negara, untuk kerajaan, dan sebagainya,” kata Projo.
Ia menyebut prosesi ini sebagai bentuk rasa syukur atas tahun yang telah dilalui, serta harapan akan keselamatan dan keberkahan di tahun mendatang.
“Kita mempunyai kewajiban moral untuk mensyukuri tahun yang kemarin sudah kita lalui. Dan berdoa untuk tahun yang akan datang supaya mendapatkan keselamatan dan sebagainya,” ujarnya.
Tahun ini, Mubeng Beteng akan dimulai pukul 23.00 WIB, dengan titik keberangkatan dari Bangsal Ponconiti, Kompleks Kamandungan Lor (Keben), Keraton Yogyakarta.