Menkes Ungkap Penyebab KLB Campak di Sumenep: Mirip Outbreak Polio di Aceh

11 hours ago 3
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa kejadian luar biasa (KLB) campak di Kabupaten Sumenep memiliki penyebab serupa dengan KLB polio di Aceh.

Menurut Budi, KLB polio di Aceh terjadi karena terganggunya program imunisasi selama pandemi COVID-19. Hal serupa juga memicu meningkatnya kasus campak di Sumenep.

"Sama seperti outbreak polio kemarin, itu karena waktu COVID-19 imunisasinya terganggu sehingga polio mewabah. Nah, sekarang kita harus akselerasi imunisasi supaya tidak ada lagi anak-anak yang kena campak. Apalagi ini bisa mematikan," ujar Budi di sela acara Advancing Postgraduate Medical Education di Jakarta pada Rabu, 27 Agustus 2025.

Budi juga berencana meninjau langsung kondisi KLB campak di Sumenep pada Kamis, 28 Agustus 2025. Kunjungan tersebut tidak hanya difokuskan di Sumenep, tetapi juga di beberapa kabupaten/kota lain yang terdampak.

"Besok saya akan ke Sumenep. Tapi sebenarnya, bukan hanya di sana saja yang terkena. Campak ini kan bisa dicegah dengan imunisasi. Karena itu, kita akan rombak strategi imunisasi supaya lebih baik lagi," tambahnya.

Dalam 8 bulan terakhir tercatat ada 275 anak yang terpapar virus campak di Bangkalan, Jawa Timur. Sementara sebanyak lebih dari 2.000 kasus campak terjadi di Kabupaten Sumenep, terdapat 17 orang di antaranya meninggal dunia.

Upaya Dinkes dan Faskes Setempat

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan situasi terkini terkait KLB campak di Sumenep. Hingga minggu ke-32 tahun 2025, tercatat 1.944 kasus suspek campak, dengan mayoritas pasien berusia 0–4 tahun (53,3 persen).

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, menambahkan bahwa sejak Februari hingga Juli 2025, terdapat 17 kasus kematian akibat campak. Sebagian besar pasien yang meninggal diketahui tidak memiliki riwayat imunisasi.

Melihat kejadian ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) dan fasilitas layanan kesehatan setempat melakukan beberapa upaya, seperti:

  • Meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit PD3I khususnya pada balita dengan ruam campak.
  • Melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) lanjutan untuk mencari sumber penularan dan kontak erat kasus.
  • Meningkatkan upaya penemuan kasus suspek campak melalui kegiatan surveilans dan pemetaan kelompok masyarakat berisiko tinggi/rentan seperti bayi, ibu hamil, anak sakit berat, anak malnutrisi.
  • Berkoordinasi dengan lintas program dan lintas sektor untuk mengatasi permasalahan kesehatan lainnya seperti perbaikan gizi, pengendalian infeksi dan komunikasi risiko.
  • Memastikan ketersediaan vaksin dan logistiknya serta melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) untuk campak. ORI akan dilaksanakan pada 25 Agustus-12 September 2025 yang menyasar anak usia 9 bulan - 6 tahun.

Penguatan Imunisasi Rutin

Upaya lain yang tak kalah penting adalah melakukan penguatan imunisasi rutin dan melengkapi status imunisasi bagi yang belum dan tidak lengkap.

Ada pula pemberian vitamin A untuk mencegah penularan dan sakit berat. Di sisi lain, sosialisasi kepada fasyankes dan masyarakat tentang kewaspadaan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) khususnya campak untuk setiap anak balita juga dilakukan.

Fasyankes dan Dinkes juga melaporkan setiap kasus dengan gejala demam dan ruam makulopapular ke Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR).

Upaya Kemenkes Tangani Campak

Sementara, upaya Kemenkes dalam menangani kasus campak yakni:

  • Berkoordinasi dengan Dinkes Sumenep, Dinkes Jatim, OPD terkait dan mitra setempat untuk penanganan bersama.
  • Mengirimkan tim untuk melakukan penyelidikan epidemiologi (PE).
  • Mendampingi dinkes melakukan survei cepat untuk menentukan target sasaran ORI.

Kemenkes juga mengimbau masyarakat untuk:

  • Pantau kondisi pasien campak dan segera ke fasyankes (dokter, puskesmas, klinik, RS) terdekat jika didapatkan ruam campak sehingga meminimalkan komplikasi yang fatal.
  • Melengkapi imunisasi bagi yang belum lengkap status imunisasinya atau tidak pernah imunisasi sama sekali.
  • Isolasi sementara anak yang sakit campak di rumah (tidak masuk sekolah/tidak ikut kegiatan ramai) untuk mencegah penularan.
  • Menjaga kebersihan diri dan lingkungan: rajin cuci tangan dengan sabun, gunakan masker utk cegah penularan, dan pastikan ventilasi rumah baik.
  • Mencukupi kebutuhan gizi dan cairan anak, berikan makanan bergizi seimbang dan cukup minum agar untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
  • Tidak mudah percaya hoaks tentang imunisasi dan obat alternatif, selalu rujuk ke informasi resmi dari Kemenkes, Dinkes, atau tenaga kesehatan/medis.

Mengenal Campak

Campak masih menjadi penyakit menular yang harus diwaspadai. Penyakit ini disebabkan oleh virus campak dan ditandai dengan demam, batuk, pilek, serta mata berair lalu 2-4 hari kemudian muncul ruam-ruam di kulit.

Tingkat penularannya sangat tinggi. Campak bisa menyebar melalui droplet sejak empat hari sebelum ruam muncul hingga empat hari setelah ruam terlihat.

Dokter Prima Yosephine dari Kementerian Kesehatan RI menekankan bahwa campak berbahaya bukan hanya karena cepat menular, tetapi juga karena bisa menimbulkan komplikasi serius.

“Kalau campak mengena ke anak yang gizinya jelek, maka anak ini biasanya langsung disertai dengan komplikasi diare berat, bahkan bisa sampai ke pneumonia, radang paru, radang otak,” ujarnya dalam sebuah webinar terkait campak beberapa waktu lalu.

Selain itu, campak juga dapat menyebabkan infeksi selaput otak yang berisiko membuat penderitanya kehilangan penglihatan. Pada kondisi berat, penyakit ini bahkan bisa berujung pada kematian, terutama jika tidak dicegah dengan imunisasi.

Menurut Prima, penyakit campak hanya bisa dicegah dengan imunisasi. Ia menekankan pentingnya imunisasi sesuai dengan waktunya untuk menghindari risiko penyakit ini.

Foto Pilihan

Murid sekolah dasar diperiksa mulut dan giginya saat kegiatan Cek Kesehatan Gratis (CKG) di SD Prestasi Global, Depok, Jawa Barat, Senin (4/8/2025).
Read Entire Article