Misi airdrop kemanusiaan Indonesia di Gaza, yang bertepatan dengan perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Indonesia, adalah peristiwa penting dengan cerita yang kompleks di baliknya. Keberhasilan misi ini tidak lepas dari beberapa faktor dan peran kunci, termasuk upaya diplomatik dari Presiden Prabowo Subianto.
Hubungan pribadi Prabowo dengan Raja Yordania, Raja Abdullah II, menjadi elemen krusial. Kedua pemimpin memiliki hubungan persahabatan yang telah terjalin lama, sejak mereka menempuh pendidikan di Akademi Militer Kerajaan Sandhurst di Inggris. Baik Prabowo maupun Raja Abdullah II memiliki latar belakang militer yang kuat; Prabowo pernah memimpin Pasukan Khusus Indonesia (Kopassus), sementara Raja Abdullah II pernah memimpin pasukan khusus Yordania.
Kedekatan personal ini telah terwujud dalam hubungan bilateral yang kuat dan tingkat kepercayaan yang tinggi. Raja Abdullah II telah menunjukkan isyarat diplomatik yang luar biasa terhadap Prabowo, seperti mengemudikan sendiri mobil yang membawa Prabowo dari bandara saat kunjungan ke Amman.
Hubungan yang mendalam ini kemungkinan besar memainkan peran penting dalam mengamankan kerja sama Yordania sebagai basis untuk misi airdrop. Pesawat militer Indonesia, C-130J Super Hercules, lepas landas dari Pangkalan Udara Raja Abdullah II di Amman, yang menunjukkan dukungan langsung Yordania terhadap operasi tersebut.
Selain hubungannya dengan Raja Abdullah II, Prabowo juga secara aktif memposisikan Indonesia sebagai pemain kunci dalam mencari solusi untuk konflik di Gaza. Dia telah menyatakan kesiapan Indonesia untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Gaza dan juga menginstruksikan pemerintah untuk mempersiapkan perawatan bagi warga Palestina yang terluka di Pulau Galang. Tindakan-tindakan ini, ditambah dengan jangkauan diplomatiknya, menunjukkan upaya terpadu untuk berinteraksi dengan mitra regional dan internasional.
Misi Airdrop dan Logistiknya
Misi airdrop, yang secara resmi bernama "Garuda Merah Putih II," merupakan hasil kolaborasi antara beberapa lembaga pemerintah Indonesia, termasuk Kementerian Pertahanan, Kementerian Luar Negeri, dan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) juga memainkan peran penting, karena paket bantuan tersebut didanai oleh donasi publik dari rakyat Indonesia.
Misi ini melibatkan dua pesawat C-130J Super Hercules, yang mengangkut 80 ton logistik, termasuk makanan, obat-obatan, dan pakaian. Bantuan tersebut dijatuhkan di 10 zona aman yang telah ditentukan di Gaza. Operasi ini dilakukan dengan koordinasi erat bersama Angkatan Udara Kerajaan Yordania. Keberhasilan airdrop pada Hari Kemerdekaan Indonesia disebut-sebut sebagai pencapaian bersejarah dan simbol komitmen Indonesia terhadap solidaritas kemanusiaan.
"Lampu Hijau" dari Israel
Klaim bahwa Israel memberikan "lampu hijau" untuk airdrop adalah aspek penting dari cerita ini. Meskipun Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Israel, misi bantuan kemanusiaan ke zona konflik seperti Gaza memerlukan koordinasi dan dekonfliksi dengan semua pihak untuk menjamin keamanan misi dan personelnya.
Keberhasilan airdrop menunjukkan bahwa semacam pemahaman atau "jendela akses terbatas" memang berhasil diamankan. Hal ini kemungkinan besar melibatkan saluran diplomatik yang dif...