Pesan mendalam itu disampaikan Luhut Binsar Pandjaitan saat mengunjungi Joko Widodo yang tengah sakit, awal Juli (2/7) lalu. Dalam pertemuan lebih dari satu jam, Luhut dan Jokowi juga mengenang masa-masa saat menjabat di pemerintahan.
Luhut merupakan mantan Menko Polhukam dan Menko Maritim semasa Jokowi menjabat Presiden periode 2014-2024. Kini ia didapuk sebagai Ketua Dewan Ekonomi Nasional oleh Presiden Prabowo Subianto.
“Dalam kondisi yang belum sepenuhnya pulih, beliau tetap menyambut kami dengan hangat, bahkan sambil mengobrol santai dan bersenda gurau,” ucap Luhut dalam akun Instagramnya, Rabu (2/7).

Luhut tak menyebut di mana ia bertemu Jokowi. Foto yang diunggah Luhut bersama Jokowi juga foto lama. Namun menurut salah satu loyalisnya, Silfester Matutina, Jokowi tengah berlibur di Bali. Pada Kamis (3/7), Jokowi menunjukkan kebersamaan bersama cucunya di sebuah pantai di akun media sosialnya.
Kondisi kesehatan Jokowi memang jadi perhatian sebulan terakhir. Pertama kali fisik Jokowi nampak berbeda terlihat saat sesi doorstop di depan rumahnya di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, pada 28 Mei. Saat itu Jokowi sedang menanggapi hasil survei Indikator Politik yang menyebut 66,9% responden tidak percaya isu ijazah palsu yang menerpanya. Kala itu nampak ruam-ruam pada beberapa bagian wajah dan leher Jokowi.
Jokowi baru menanggapi soal kesehatannya usai menjalani salat Idul Adha pada 6 Juni. Ia mengaku terkena alergi kulit sepulang dari Vatikan. Sedangkan menurut ajudan Jokowi, Kompol Syarif Muhammad Fitriansyah, pemicu alergi yakni pengaruh cuaca di Vatikan.
“[Badan] nggak ada masalah. Alergi biasa waktu ke Vatikan kemarin (akhir April-red)" ucap Jokowi di kediamannya, 6 Juni.

Kunjungan Jokowi ke Vatikan saat itu atas utusan Prabowo untuk menghadiri pemakaman Paus Fransiskus. Jokowi bersama rombongan seperti Menteri HAM Natalius Pigai hingga Wamenkeu Thomas Djiwandono berangkat pada 24 April dan kembali ke Indonesia pada 28 April. Kondisi cuaca di Vatikan pada periode itu sekitar 8-24 derajat celsius.
Bila melihat runutan waktu tersebut dibandingkan dengan pertama kali kondisi fisik Jokowi terlihat berbeda pada 28 Mei, artinya ada jeda sekitar sebulan antara serangan alergi dan kepulangannya dari Vatikan. Sebab pada 30 April saat melapor ke Polda Metro Jaya dan ketika diperiksa Bareskrim soal ijazah palsu pada 20 Mei, kulit Jokowi masih terlihat normal.
Kondisi kulit Jokowi makin memprihatinkan pada momen ulang tahunnya ke-64 yang dirayakan di depan kediamannya pada Sabtu (21/6). Ruam-ruam merah di wajahnya yang agak membengkak terlihat jelas. Jokowi pun memilih berdiri di bagian belakang di balik istrinya, Iriana. Di momen itu, warga yang hadir ikut mendoakan kesehatan Jokowi.

Kompol Syarif menuturkan, bengkak di wajah Jokowi karena peradangan akibat alergi. Meski demikian, ia menyebut Jokowi dalam kondisi baik-baik saja dan tengah proses pemulihan. Wajah Jokowi yang agak membengkak masih terlihat saat ia hendak pergi berlibur bersama cucu-cucunya pada 26 Juni. Kondisi itu membuatnya absen menghadiri HUT ke-79 Bhayangkara di Monas, Jakarta, pada 1 Juli.
“Betul Pak Jokowi tidak hadir di acara Hari Bhayangkara. Beliau masih di luar kota bersama cucu dan keluarga. Walaupun beliau tidak hadir, beliau tetap mengucapkan selamat Hari Bhayangkara…melalui kiriman karangan bunga ke lokasi acara perayaan,” ucap Syarif pada kumparan, Kamis (3/7).
Mantan yang Terlupakan?
Walau sakit Jokowi sudah berlangsung sekitar sebulan lebih, sejauh ini belum diketahui pasti jenis penyakitnya. Keterangan soal penyakit yang menimpa Presiden ke-7 RI itu sejauh ini baru dari Jokowi sendiri maupun ajudannya. Tidak ada dokter yang memberi penjelasan, baik dokter pribadi maupun kepresidenan. Sehingga muncul isu liar yang menyebut Jokowi terkena sindrom Stevens-Johnson, autoimun, hingga perkara mistis.
kumparan sempat mengajukan permintaan wawancara kepada Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) mengenai jenis penyakit yang kemungkinan menimpa Jokowi. Namun Perdoski tidak bisa memberi keterangan apabila belum ada penjelasan dari dokter kepresidenan.
“Mohon dipastikan terlebih dahulu penyakit beliau apa ke tim dokter kepresidenan, kecuali sudah ada release resmi dari tim dokter yang menangani baru dari Perdoski bisa memberikan tanggapan,” kata Sekretariat Perdoski menjawab permohonan kumparan.

kumparan pun mengonfirmasi kepada ajudan Jokowi, Kompol Syarif, apakah ada dokter kepresidenan yang merawat bosnya itu. Namun Syarif enggan memberi jawaban. Tetapi menurut Silfester, Jokowi ditangani dokter pribadi.
“Masih ada dokter pribadi beliau. Tapi intinya bukan perawatan yang kayak sampai diopname atau enggak bisa gerak, enggak. Beliau bergerak biasa aja. Ini kena alergi kulit, kayak kita juga kena cacar atau apa,” kata Silfester.
Padahal sesuai Pasal 3 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2018, mantan presiden berhak mendapat fasilitas dokter kepresidenan. Bahkan menurut Pasal 27 di Perpres yang sama, biaya pengobatannya ditanggung APBN. Berikut bunyi Pasal 3 ayat (1) Perpres 18/2018:
Dokter Kepresidenan mempunyai tugas melaksanakan layanan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan Presiden dan keluarganya, Wakil Presiden dan keluarganya, mantan Presiden dan istri/suaminya, dan mantan Wakil Presiden dan istri/ suaminya, serta Tamu Negara.

Analis komunikasi politik Hendri Satrio pun heran mengapa sampai sekarang dokter kepresidenan belum menangani sakit Jokowi.
“Kenapa kemudian dokter kepresidenan enggak taker (ambil alih perawatan Jokowi) itu, kan malu dong Prabowo pasti,” ucap Hendri pada kumparan, Jumat (4/7).
Mengenai kepastian ada atau tidaknya dokter kepresidenan yang ditugaskan Istana merawat Jokowi, kumparan telah meminta keterangan ke Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Mensesneg Prasetyo Hadi, hingga Wamensesneg Juri Ardiantoro. Namun mereka tidak menjawab pertanyaan kumparan.
Soekarno hingga SBY Ditangani Dokter Kepresidenan
Kondisi Jokowi yang belum jelas apakah menerima fasilitas dokter kepresidenan atau tidak berbeda bila dibandingkan para mantan presiden sebelumnya ketika sakit.
Catatan kumparan, para mantan presiden mulai dari Soekarno, Soeharto, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Habibie, hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mendapatkan penanganan dokter kepresidenan ketika tengah sakit yang cukup serius.
Soekarno misalnya. Setelah lengser dan menjadi tahanan rumah di Wisma Yaso, Jakarta Selatan (kini Museum Satriamandala) sejak 1969, kesehatan Soekarno dipantau Ketua Tim Dokter Kepresidenan, Prof Mahar Mardjono.
Masuk pertengahan 1970, kesehatan Soekarno semakin merosot. Ini tak lepas dari riwayat Soekarno yang pernah mengalami sakit batu ginjal hingga gangguan peredaran darah pada jantung.

Riwayat kesehatan itu diperparah dengan perlakuan Orde Baru terhadap Soekarno yang membuat hari-harinya sepi dan terasing, bahkan dari keluarganya yang hanya diizinkan menjenguk dalam waktu terbatas. Kepada Prof Mahar, S...