MAHASISWA mengelar unjuk rasa setelah Universitas Indonesia mengundang Peneliti dari Hoover Institution Universitas Stanford Peter Berkowitz sebagai pembicara pada Pengenalan Sistem Akademik Universitas (PSAU) Pascasarjana UI di Balairung UI, Depok, Sabtu, 23 Agustus 2025. Peter merupakan peneliti pendukung gerakan Zionisme di Palestina.
Dosen Ilmu Politik UI Irwansyah mengatakan apa yang dilakukan mahasiswa ingin mengingatkan kampusnya. Irwansyah ikut dalam unjuk rasa bersama sejumlah mahasiswa di depan gedung Rektorat UI, Senin, 25 Agustus 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
"Karena ini menunjukkan sekali lagi mahasiswa UI sungguh-sungguh memahami nama Indonesia di belakang universitasnya, dimana Indonesia mendapatkan pengakuan kemerdekaan pertama kali di tahun 45 salah satunya dari komunitas Palestina," kata Irwansyah.
Sejak itu, lanjut Irwansyah, Indonesia berkomitmen berpihak ke Palestina dan menentang zionisme tidak pernah luntur sampai pemerintahan sekarang.
"Nah apabila mahasiswa tidak bergerak hari ini, itu justru akan membuat malu, justru mestinya pihak rektorat, Kementerian Pendidikan Tinggi harus bangga dengan apa yang dilakukan hari ini dan hari-hari ke depan," tutur Irwansyah.
Sebab, Irwansyah menilai, hal itu menunjukkan bahwa Pancasila yang oleh para pejabat sudah menjadi omong kosong, namun di mata rakyat, termasuk generasi muda masih penting.
"Keadilan sosial, dan kemanusiaan yang adil dan beradab, itu masih menjadi hal-hal yang menggerakkan civitas akademika untuk hadir," ucap Irwansyah.
Irwansyah hadir di tengah mahasiswa berperan dan bertanggung jawab sebagai pengajar di ilmu politik dan mengajarkan politik yang benar.
"Dan apa yang mereka lakukan hari ini adalah politik yang benar. Sudah jelas genosida adalah suatu kejahatan kemanusiaan yang sangat berat. Karenanya bila tidak ada yang bersuara dan mendiamkan, justru kita harus khawatir," jelas Irwansyah.
Irwansyah menyebut kampus lain pun harus bergerak mendukung hal tersebut. Ia menilai unjuk rasa ini merupakan awal baik bagi mahasiswa untuk keluar dari kebingungan dan ketakutan.
"Justru karena mereka jadi tahu yang benar dan salah, dan menyatakan secara damai, secara demokratis dalam pernyataan sikap yang membuat semua orang bisa mendengar baik juga. Apa sih yang sebetulnya yang mereka rasakan, apa yang mereka pelajari," ujarnya.
Terlebih, sambung Irwansyah, rakyat masih membiayai kampus UI dan lainnya, seperti pembangunan gedung dan operasional.
"Enggak ada gedung (rektorat) ini kalau tidak ada uang rakyat. Dan jelas rakyat berpihak kepada kemanusiaan yang adil dan beradab. Jadi adalah hutang dari mahasiswa dan kalangan akademia untuk selalu setia kepada rakyat, terutama dalam menjaga kemanusiaan yang adil dan beradab," tegas Irwansyah.
Disinggung pihak UI minim literasi sehingga kecolongan mengundang akademisi pro zionis, Irwansyah enggan berkomentar lebih jauh.
"Saya tidak bisa mewakili pihak birokrasi ataupun pimpinan, karena kalau mereka membuat pernyataan resmi (siaran pers) itu adalah versi yang sungguh-sungguh dari apa yang terjadi," ujarnya.