
Sabtu malam (19/7) itu, suasana di Jalan Ir. H. Juanda Karawang tampak berbeda. Deretan lampu kendaraan perlahan melambat, satu per satu pengendara berhenti di sekitar Klenteng Bio Kwan Tee Koen.
Mereka datang bukan sekadar melintas—mereka singgah untuk menikmati Karawang Kuliner Malam, atau yang akrab disebut K2M.
Di bawah cahaya lampion merah bergelantungan, pengunjung nampak larut dalam suasana. Ada yang berjalan santai menyusuri tenant kuliner, ada pula yang duduk santai sambil menyaksikan pertunjukan barongsai.

Kehangatan malam berpadu dengan aroma makanan menggoda, menciptakan suasana yang sulit ditinggalkan.
Ketua Paguyuban K2M, Diantika Permatasari, menuturkan suasana semacam ini hanya bisa ditemukan setiap Jumat dan Sabtu, mulai pukul 17.00 hingga 22.00 WIB.
"Jangan heran kalau banyak warga Karawang menjadikannya agenda rutin akhir pekan," ucap Diantika, Sabtu (19/7).

Dia menjelaskan, K2M bukan sekadar tempat jajan malam. K2M hadir sebagai destinasi urban heritage yang memadukan kuliner, budaya, dan ruang ekspresi bagi komunitas lokal.
"Di Karawang masih jarang ada ruang terbuka untuk komunitas berekspresi. K2M mencoba menjawab kebutuhan itu," ujar wanita yang karib disapa Sinok itu.

Saat ini ada sekitar 50 tenant yang bergabung di K2M, seluruhnya telah dikurasi oleh Dinas Koperasi dan UKM Karawang. Produk yang ditawarkan pun beragam, tak ada yang serupa, dan semuanya harus mewakili kekayaan rasa serta keberagaman Karawang.
"Kami tidak hanya menjual makanan. Kami menghadirkan kolaborasi, bukan kompetisi. Warga Karawang harus bangga dengan produk lokalnya," ujar Sinok.

Lebih dari sekadar sajian rasa, K2M juga memupuk kepedulian. Pekan lalu, di tengah ramainya pengunjung, Paguyuban K2M menggalang donasi untuk korban kebakaran di kawasan Seroja, yang letaknya tak jauh dari klenteng.
"Alhamdulillah, antusiasmenya luar biasa. Pengunjung datang bukan hanya untuk makan, tapi juga berdonasi. Ada yang membawa baju layak pakai, peralatan dapur, beras, dan macam-macam lainnya," ungkapnya.

