SEBANYAK 135 santri Pondok Pesantren Baitul Qur'an, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Depok, keracunan makanan pada Senin, 1 September 2025. Mereka telah dilarikan ke rumah sakit dan puskesmas untuk mendapatkan perawatan.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Mary Liziawati membenarkan ratusan santri diduga keracunan makanan. "Sudah ditangani baik di rumah sakit maupun oleh pukskesmas," kata Mary saat dimintai konfirmasi pada Rabu, 3 September 2025.
Dinkes tengah melakukan investigasi penyebab ratusan santri tersebut keracunan. Ia memastikan para santri yang keracunan bukan karena memakan kudapan makan bergizi gratis. "Dari masakan dapur pondok pesantren yang memang sehari-hari masak untuk santrinya," ucap Mary.
Sementara itu, Humas RS Bhayangkara Brimob menyatakan menerima sebanyak 57 santri dari Pondok Pesantren Baitul Qur’an. Mereka datang ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan keluhan demam, pusing, muntah, dan diare pada Senin kemarin.
Dari jumlah tersebut, 31 siswa memerlukan perawatan inap, sementara 26 orang lainnya mendapatkan penanganan melalui rawat jalan. "Gejala yang dialami diduga kuat berkaitan dengan konsumsi makanan tertentu," kata Humas RS Bhayangkara Brimob melalui keterangan tertulis.
Selanjutnya, pada Selasa, 2 September ada tambahan sembilan santri yang mengalami keluhan serupa dan juga harus menjalani perawatan inap.
Sampai Rabu, 3 September 2025, sebanyak 72 orang telah ditangani di RS Bhyangkara Brimob dengan 42 menjalani rawat inap dan 30 orang menjalani rawat jalan.
"Selanjutnya sebanyak 10 orang yang menjalani rawat inap telah dipulangkan, sehingga saat ini tersisa 32 orang yang masih dirawat di RS Bhayangkara Brimob," jelasnya.
RS Bhayangkara Brimob telah berkoordinasi dengan Puskesmas Tugu dan Dinkes Kota Depok terkait kejadian tersebut dan telah menyerahkan sampel muntahan pasien kepada dinas kesehatan melalui petugas Puskesmas Tugu.
"Hingga saat ini, kasus tersebut masih dalam pemantauan dan evaluasi oleh tenaga kesehatan. Dugaan awal mengarah pada keracunan makanan, namun pemeriksaan lebih lanjut diperlukan untuk memastikan sumber penyebab," demikian Humas RS Bhayangkara Brimob.