Liputan6.com, Jakarta - Hampir separuh wanita Indonesia mengalami anemia. Kondisi kekurangan hemoglobin yang berdampak pada energi dan produktivitas sehari-hari.
Sayangnya, masalah kesehatan serius ini kerap tidak disadari masyarakat. Menurut dr. Rovy Pratama, MBA, angka kejadian anemia di Indonesia telah mencapai hampir 50 persen, terutama pada wanita usia produktif.
"Jadi, ini fenomena yang sangat mengerikan di Indonesia," kata Rovy di sela-sela peluncuran 'Sakatonik Active Gummy, Cara Enak Atasi Anemia' di Atrium Mall Kelapa Gading pada Sabtu, 11 Oktober 2025.
Rovy, menjelaskan, kondisi ini bisa mengancam produktivitas wanita dan berdampak pada kinerja baik di dunia kerja maupun aktivitas rumah tangga. Salah satu faktor utamanya adalah kehilangan darah akibat menstruasi, kekurangan asupan zat besi, serta pola hidup yang menghambat penyerapan nutrisi.
"Makannya cukup, tapi tidak diserap dengan baik. Sekarang banyak anak muda minum kopi setelah makan, itu bisa menghambat penyerapan zat besi," ujarnya.
Lebih lanjut, Rovy mengatakan bahwa tanpa kesadaran akan gejala awal anemia, masyarakat sering kali menganggap rasa lemas atau tidak fokus hanya karena kelelahan biasa.
Penyebab Umum Anemia
dr. Rovy menjelaskan bahwa anemia pada wanita terjadi karena kombinasi antara kehilangan darah, kekurangan zat besi, dan penyerapan nutrisi yang buruk.
"Perempuan punya tiga dari empat penyebab anemia," katanya. Setiap bulan, wanita kehilangan darah melalui menstruasi dan sekitar 10 persen di antaranya mengalami volume darah lebih banyak dari rata-rata. Kondisi itu membuat tubuh lebih cepat kekurangan zat besi.
Selain itu, pola makan modern juga berperan. Banyak orang muda terbiasa minum kopi atau teh setelah makan tanpa menyadari bahwa kafein dapat menghambat penyerapan zat besi.
Dia mengingatkan bahwa anemia tidak hanya membuat tubuh lemas, tapi juga bisa menurunkan daya tahan tubuh, fokus belajar, dan performa kerja.
Tanda dan Gejala Anemia yang Sering Diabaikan
Banyak penderita anemia tidak menyadari kondisinya karena gejala awalnya ringan dan mirip kelelahan biasa.
"Kadang orang merasa lemas, enggak fokus, atau sering enggak mood. Padahal bisa jadi itu tanda anemia," kata dr. Rovy.
Dia, menambahkan, gejala lain yang perlu diwaspadai antara lain wajah dan bibir pucat, kuku mudah rapuh, rambut rontok, dan sering pingsan, terutama pada anak sekolah.
Untuk memastikan, pemeriksaan kadar hemoglobin perlu dilakukan secara rutin. "Idealnya, orang Indonesia melakukan pemeriksaan minimal setahun sekali, misalnya saat ulang tahun," ujarnya.
Nilai normal hemoglobin seharusnya berada di atas 12 gram per desiliter. Jika lebih rendah, kemungkinan besar seseorang mengalami anemia dan perlu segera ditangani dengan asupan gizi atau suplemen zat besi.
Dampak Anemia
Menurut dr. Rovy, anemia tidak boleh dianggap sepele karena dapat memengaruhi fungsi organ vital. "Hal yang paling kita takutkan dari anemia adalah multiple organ failure, atau kegagalan banyak organ," katanya.
Kurangnya hemoglobin membuat suplai oksigen ke seluruh tubuh terganggu. Akibatnya, fungsi otak, hati, dan ginjal bisa menurun.
Selain berisiko pada kesehatan jangka panjang, anemia juga berdampak langsung pada kualitas hidup. Penderita menjadi mudah lelah, sulit berkonsentrasi, dan menurunnya semangat kerja.
"Ini bukan cuma soal lemas, tapi juga soal menurunnya kemampuan berpikir dan produktivitas," pungkasnya.
Dia mengingatkan pentingnya pencegahan sejak dini melalui pemeriksaan rutin dan pola makan bergizi untuk mendukung generasi produktif menuju Indonesia Emas 2045.