Hari Anak Nasional 2025, Ketika Isu Kekerasan Anak Masih Jadi Bayang-Bayang

1 month ago 20
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekerasan terhadap anak dinilai masih menjadi isu krusial pada momen peringatan Hari Anak Nasional pada 23 Juli 2025. Menurut Ketua Ikatan Psikologi Klinis Himpunan Psikologi (IPK HIMPSI) Kalimantan Timur (Kaltim), Ayunda Ramadhani, kekerasan terhadap anak adalah fenomena gunung es, di mana kasus yang terlaporkan hanyalah sebagian kecil dari kejadian sebenarnya di lapangan.

"Kasus kekerasan pada anak tidak hanya yang terpampang di televisi, tapi sangat sering terjadi di lingkungan kita sehari-hari," ujarnya pada Selasa (22/7/2025).

Dia mengingatkan bahaya ini jauh lebih dekat dari yang kita bayangkan. Mirisnya, dari seluruh kasus yang ada, Ayunda menyebutkan sebagian besar kasus kekerasan pada anak dilakukan oleh orang yang dikenal atau orang terdekat korban. "Bisa dibayangkan ketika dunia yang mereka bergantung itu ternyata jahat sama mereka," kata Ayunda.

Kekerasan seksual menduduki peringkat pertama, diikuti kekerasan fisik yang sering terjadi dalam konteks Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dan kekerasan psikologis. Mengingat dampak yang parah, Ayunda menekankan dampak kekerasan pada anak harus segera ditangani secara komprehensif dan lintas sektor, melibatkan berbagai profesional serta Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.

Penanganan yang cepat sangat krusial, mengingat anak-anak belum memiliki kemampuan berpikir panjang dan membuat keputusan seperti orang dewasa. Mereka sangat rentan dan membutuhkan dukungan segera untuk memulihkan diri dari trauma.

Peran keluarga menjadi sangat vital sebagai tempat pertama tumbuhnya rasa aman dan cinta. Ayunda menekankan orang tua perlu membekali diri dengan ilmu mengendalikan emosi dan mengendalikan stres sebelum memiliki anak. Membesarkan anak adalah tantangan besar yang memerlukan kematangan emosional.

"Orang tua yang memilih memiliki anak, maka sudah semestinya mereka juga lebih matang dalam pengendalian emosinya," kata Ayunda.

Ia juga menyarankan agar orang tua tidak panik atau menunjukkan reaksi negatif jika anak menunjukkan perubahan sikap atau rewel. Sebaliknya, orang tua harus menenangkan diri dan menggunakan pendekatan yang lembut untuk mendapatkan cerita dari anak.

Ayunda menyambut baik pembentukan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) di tingkat satuan pendidikan, baik SD, SMP, maupun SMA di Samarinda. Jika kasus kekerasan terjadi di sekolah, orang tua dapat melapor ke TPPK di sekolah masing-masing. Namun, apabila terjadi di luar lingkungan sekolah, seperti di rumah atau oleh tetangga, pelaporan dapat dilakukan ke UPTD PPA Kota Samarinda.

Pencegahan dan penanganan kekerasan pada anak bukanlah tanggung jawab satu pihak saja. "Kontribusi harus dari seluruh masyarakat, kita harus saling bahu-membahu," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi menyampaikan keprihatinan atas tingginya angka kekerasan yang masih terjadi di masyarakat Indonesia. Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2024 menunjukkan satu di antara dua anak Indonesia pernah mengalami kekerasan. Sata itu juga menunjukkan satu dari dua anak usia 13 hingga 17 tahun di Indonesia, atau sekitar 11,5 juta anak mengalami setidaknya satu bentuk kekerasan di sepanjang hidupnya. Jumlah ini terdiri atas 5,8 juta anak laki-laki (49,83 persen) dan 5,7 juta anak perempuan (51,78 persen).

Read Entire Article