Liputan6.com, Jakarta Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi menjelaskan bahwa perusahaan induk dari Facebook dan Instagram yakni Meta sudah memiliki algoritma yang mampu mengenali kata-kata yang mengindikasikan depresi atau bunuh diri.
“Kalau ada orang yang sebut atau cari di laman pencarian, mereka akan langsung diberikan kontak bantuan atau hubungi tenaga profesional,” ujarnya.
Sebelumnya, layanan tersebut belum tersedia di Indonesia sehingga pesan rujukan diarahkan ke nomor luar negeri, seperti Australia atau Singapura.
“Alhamdulillah sekarang kita sudah ada. Jadi kalau ada yang begitu, kita bisa melakukan tindak lanjut di Indonesia,” jelas Imran.
Kini, peringatan otomatis akan muncul ketika pengguna mengetik kata kunci sensitif di kolom pencarian. Informasi yang ditampilkan akan mengarahkan pengguna ke laman Pertolongan Pertama Saat Menghadapi Pemikiran Bunuh Diri atau Komunitas Pencegahan Bunuh Diri.
Tantangan Baru
Namun, Imran mengingatkan adanya tantangan baru. Saat ini, tidak semua kata yang terdeteksi akan langsung memunculkan peringatan.
“Orang-orang yang memang sudah berkali-kali mencoba, mereka memanfaatkan istilah lain supaya tidak tertangkap oleh algoritma,” katanya.
Meski begitu, kerja sama antara platform digital dan pemerintah dinilai sebagai langkah positif untuk memperluas akses layanan kesehatan jiwa.
“Yang penting sekarang adalah bagaimana kita bisa menyediakan informasi rujukan yang jelas dan meningkatkan pemahaman masyarakat,” tambahnya.
Tantangan dan Harapan di Indonesia
Di Indonesia, layanan darurat kesehatan jiwa kini sudah mulai terhubung dengan sistem Meta. Meski demikian, Imran menjelaskan bahwa upaya ini masih berada pada tahap awal.
Tantangan besar tetap ada, seperti memastikan pesan bantuan benar-benar sampai dan direspons. Selain itu, edukasi publik juga diperlukan agar masyarakat tidak mencoba menghindari algoritma dengan menggunakan bahasa terselubung.
Kolaborasi Lintas Sektor untuk Pencegahan
Imran menjelaskan, meski teknologi media sosial memberi dukungan penting dalam deteksi dini. Namun, pencegahan bunuh diri tidak bisa hanya bergantung pada algoritma.
“Kolaborasi lintas sektor ini tidak bisa hanya bekerja sendiri. Banyak sektor lain yang harus terlibat, termasuk media, sekolah, dan komunitas,” ujarnya.
Menurutnya, media berperan penting dalam menonjolkan kisah-kisah positif dari para penyintas, alih-alih pemberitaan sensasional yang berisiko memicu peniruan. Sementara itu, sekolah dan komunitas lokal dapat berfungsi sebagai jejaring dukungan sosial yang dekat dengan individu.
Kontak Bantuan
Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.
Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku
Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.
Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.